Sabtu, 14 Maret 2020

Pakan Ternak dari Biji Karet

Pakan Ternak dari Biji Karet



ABSTRAK
Salah satu persyaratan suatu bahan dapat digunakan sebagai bahan baku pakan adalah ketersediaannya yang melimpah, harganya relatif murah, mudah dicerna oleh ternak, mempunyai kandungan nutrisi yang baik (protein) dan tidak berkompetisi dengan manusia. Biji karet dapat digunakan sebagai salah satu kandidat bahan baku pakan ternak. Menurut Arossi dkk (1985) dalam Prawirodigdo (2007), penambahan tepung biji karet sampai 19% dalam pakan masih layak untuk pertumbuhan hewan ternak. Kandungan protein tepung biji karet sangatlah tinggi. Selain kandungan protein yang cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Asam amino yang paling banyak terkandung dalam tepung biji karet adalah asam glutamik, asam aspartik dan leucine sedangkan methionine dan cystine merupakan kandungan asam amino yang terendah.
Kata kunci : karet, ayam broiler, nutrisi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil karet nomor 1 dunia. Biji karet  merupakan produksi sampingan perkebunan karet, hampir tiga juta lahan di Indonesia ditanami karet . yang secara alamiah biji tersebut  jatuh terlontar ke tanah setelah mencapai kematangan tertentu. Tanaman karet menghasilkan rata-rata 800 biji karet per pohon per tahun. Dengan demikian, Indonesia mampu menghasilkan 2,4 juta biji karet karena setiap buah karet mempunyai 2-4 biji karet. Sehingga, biji karet mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi bahan baku ternak karena persediaan yang cukup melimpah. Tanaman karet tumbuh baik di Indonesia pada ketinggian 1-200 m diatas permukaan air laut. Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Satu tangkai bunga majemuk terdapat bunga betina dan juga bunga jantan.
Tanaman karet umumnya mulai berbunga sekitar umur tujuh tahun tetapi dapat dipercepat mnjadi kurang dari umur lima tahun. Proses pemasakan buah berlangsung selama    5 – 6 bulan, sedangkan musim bijinya berlangsung sekitar 1,5 bulan. Berdasarkan proses pembuahannya, biji karet dibedakan menjadi 3 golongan yaitu biji legitim, biji prope legitim dan biji illegitim.  Biji karet terdiri dari 2, 3, dan 4 kotak yang masing-masing kotak berisi satu biji, jika ada 4 kotak dalam buah berarti terdapat 4 biji karet.  Biji karet terdiri atas kulit luar yang keras dan intinya banyak mengandung minyak. Selama ini biji karet belum banyak dimanfaatkan . Pada dasarnya, biji karet mempunyai potensi untuk pakan ternak yang nantinya dilakukan pengolahan dan membuatnya menjadi tepung biji karet. Tepung biji karet merupakan salah satu bahan alternatif dari pakan ayam.
Salah satu persyaratan suatu bahan dapat digunakan sebagai bahan baku pakan adalah ketersediaannya yang melimpah, harganya relatif murah, mudah dicerna oleh ternak, mempunyai kandungan nutrisi yang baik (protein) dan tidak berkompetisi dengan manusia. Biji karet dapat digunakan sebagai salah satu kandidat bahan baku pakan ternak.Biji karet atau para (Hevea brasilliensis) di Indonesia saat ini masih merupakan produk sampingan yang dapat dikategorikan belum bermanfaat karena baru sebagian kecil yang digunakan sebagai bibit. Setiap pohon diperkirakan dapat menghasilkan 5.000 butir biji per tahun atau satu hektar lahan dapat menghasilkan 2.253 sampai 3 juta biji /tahun (Aritonang, 1986). Komposisi kimia daging biji karet adalah bahan kering 92,22%; protein kasar 19,20%; lemak kasar 47,20%; serat kasar 6,00%; abu 3,49%; BETN 24,11%; dan HCN 573,72 ppm.
Penggunaannya dalam ransum unggas terbatas (5%) karena kandungan HCN yang tinggi dan rasa yang pahit (Bestari, 1984). Pengolahan dengan memanfaatkan teknologi fermentasi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki nilai gizi dan menurunkan kandungan HCN sehingga menjadikan biji karet tersebut lebih berkualitas.
Menurut Oyewusi dkk (2007), biji karet mengandung 10 – 22% protein dan asam amino esensial. Biji karet telah diteliti di Indonesia untuk pakan ternak hewan darat, namun belum diteliti untuk pakan ikan. Tepung biji karet yang ditambahkan dengan metionin dalam ransum babi tidak memberikan konsumsi pakan dan pertumbuhan yang optimal (Siagian dkk., 1992). Menurut Arossi et al. (1985) dalam Prawirodigdo (2007), penambahan tepng biji karet sampai 19% dalam pakan masih layak untuk pertumbuhan ayam pedaging strain CP 707.

Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui mengenai biji karet dan pengolahanya serta manfaat biji karet khususnya untuk bahan pakan alternatif untuk ternak.

Manfaat
Manfaat dari penulisan karya tulis ini adalah menambah pengetahuan mengenai biji karet, kandungan nutrisi biji karet, dan  juga bagaimana cara pengolahan yang tepat pada biji karet sehingga menjadi bahan bakan untuk ternak.

GAGASAN
Sumber Protein Nabati
Bahan baku pakan merupakan faktor utama yang harus tersedia dalam pembuatan pakan. Bahan baku pakan pada umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu bahan baku yang berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani).
Seiring dengan peningkatan harga bahan baku dari hewan (tepung ikan) maka bahan baku nabati sering digunakan sebagai bahan alternatif. Hal ini tidaklah selalu berhasil karena mengakibatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang rendah karena menurunnya pallatabilitas pakan. Faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh keseimbangan asam amino esensial, ketersediaan fosfor yang rendah dan dampak metabolisme dari faktor antinutrisi (Antinutritional Factors / ANFs) yang tidak diabaikan. Beberapa protein nabati kekurangan satu atau lebih asam amino esensial, sehingga penggunaan protein nabati sebagai bahan baku utama pada pakan harus menyediakan suplemen asam amino.

Penghilangan racun   
Tepung biji karet dapat digunakan sebagai subsitusi protein pakan komersial dilihat dari sisi kandungan protein, ketersediaan dan harganya. Namun, biji karet tersebut mengandung asam sianida yang dapat menghambat pertumbuhan . Asam sianida dalam biji karet dapat dihilangkan atau dikurangi kandungannya melalui beberapa cara, yaitu perendaman (dipping) selama 24 jam, pengukusan (steaming) pada suhu 100oC selama 6 jam, penjemuran (drying) selama 12 jam di bawah sinar matahari atau kombinasi antara pengukusan dengan penjemuran selama 12 jam.
Penggunaaan protein pakan optimal ini dipengaruhi oleh kesimbangan protein dan energi yang tepat dan penambahan unsur-unsur vitamin dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan, proses pembuatan pakan dan penyimpannya serta pemberian pakan yang tepat dan penyediaan kondisi lingkungan (air) yang baik. Tepung biji karet yang telah dihilangkan atau dikurangi kandungan asam sianidanya dapat menggantikan sebagian atau seluruhnya peranan protein pakan komersial. Indikatornya adalah kelangsungan hidup, kecernaan pakan, pertumbuhan (protein, lemak dan energi), efisiensi pakan, dan indeks hipatosomatik.

Tepung Biji Karet
Tepung biji karet merupakan salah satu bahan baku alternatif dari pakan ikan. Keunggulan tepung biji karet adalah tepung biji karet dihasilkan dari biji tanaman karet yang merupakan tanaman perkebunan yang paling banyak ditanam di Indonesia, sehingga ketersediaannya dalam jumlah besar relatif terjamin. Selain itu biji karet selama ini merupakan biji yang disia-siakan atau belum dimanfaatkan dan tidak dapat dimakan langsung. Biji karet terdiri atas kulit luar yang keras dan intinya banyak mengandung minyak.
Dilihat dari komposisi kimianya, kandungan protein tepung biji karet sangatlah tinggi (Tabel 1 dan 2). Selain kandungan protein yang cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Asam amino yang paling banyak terkandung dalam tepung biji karet adalah asam glutamik, asam aspartik dan leucine sedangkan methionine dan cystine merupakan kandungan asam amino yang terendah (Tabel 3).

Tabel 1. Analisis proksimat tepung biji karet dan beberapa kandungan kimia   (100 g berat kering)
Komposisi Proksimat
Kandungan
Air
3,6 %
Abu
3,4 %
Protein
27,0 %
Lemak
32,3 %
BETN
33,7 %
Tiamin
450,0 mg
Asam nikotinat
2,5 mg
Akroten dan tokoferol
250,0 mg
Sianida
330,0 mg

Tabel 2. Analisis proksimat tepung biji karet dari alam dan budidaya (berat kering)
Komposisi
Biji Karet Alam
Biji Karet Budidaya
Kadar air
14,1 ± 7,0 %
2,6 ± 0,4 %
Kadar abu kasar
9,7 ± 2,5 %
2,3 ± 0,2%
Kadar protein kasar
10,3 ± 1,7 %
21,9 ± 1,2 %
Kadar lemak kasar
6,4 ± 1,1 %
15,8 ± 1,9 %
BETN
73,7,4 ± 5,1 % 
65,1 ± 5,2 %

Tabel 3. Susunan asam amino tepung biji karet dari alam dan budidaya (g/kg protein)
Asam Amino
Biji Karet Alam
Biji Karet Budidaya
Glutamic acid (Glu)
93.10
112.50
Aspartic acid (Asp)
76.00
80.40
Leucine  (Leu)
51.60
71.90
Arginine (Arg)
46.00
51.10
Lysine (Lys)
39.50
49.90
Phenylalanine (Phe)
38.90
49.00
Glycine (Gly)
32.60
40.10
Valine (Val)
31.70
38.30
Isoleucine (Iso)
30.10
35.10
Tyrosine (Try)
29.00
33.90
Serine (Ser)
21.00
30.20
Alanine (Ala)
17.80
23.90
Histidine (His)
20.10
23.50
Threonine (Thr)
20.50
23.30
Proline (Pro)
20.20
18.10
Methionine (Met)
10.70
14.90
Cystine (Cys)
9.90
14.60

Agar biji karet dapat dimanfaatkan maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat. Konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar proteinnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Dalam pembuatannya, fraksi protein akan lebih tinggi kadarnya dengan cara mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen-komponen non protein lain yang larut. Walaupun mempunyai kandungan nutrien relatif baik, biji karet  memiliki zat anti nutrien yaitu asam sianida (HCN) atau prussic acid.

Kandungan Nutrisi Biji Karet
Biji karet terdiri dari kulit yang keras dan juga daging biji. Biji karet terdiri atas daging biji karet dengan presentase 57% dari bobot biji keseluruhan. Biji karet merupakan hasil perkebunan karet yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan pakan ternak karena  mengandung nutrisi yang cukup tinggi sehingga sangat bermanfaat. Biji karet mengandung protein dan energi metabolis yang tinggi. Berdasarkan kandungan nutrisinya, biji karet mengandung protein kasar 17,08 %, lemak kasar 25,23 %, serat kasar 17,58 % dan energi metabolis 2707,53 kkal/kg. Selain kandugan nutrisi-nutrisi tersebut terdapat juga kandungan asam sianida (HCN) yang merupakan toksik yang harus dihilangkan.

Pengolahan Biji Karet
Asam sianida merupakan racun bagi ternak yang dapat menimbulkan kematian pada ternak. Asam sianida merupakan salah satu racun yang tergolong kuat dan sangat cepat cara kerjanya. Gejala keracunan HCN pada ternak ditandai dengan pernapasan cepat, menggigil, kejang, lemah, sampai kematian. Kematian ternak terjadi karena ion sianida yang lepas dari ikatan glukosida sianogenik akibat hidrolisis dalam saluran pencernaan, kemudian ion sianida tersebut berikatan dengan cytochrom oksidase sehingga proses oksidasi tidak bisa berlangsung karena darah tidak bisa mengikat oksigen. 
Dengan adanya kandungan asam sianida dalam biji karet yang dapat menyebabkan kematian bagi ternak maka perlu adanya pengolahan untuk menghilangkan kandungan asam sianida tersebut yaitu dengan cara fisik seperti melalui pengukusan, perebusan ataupun dengan perendaman dalam air mengalir. Asam sianida yang terkandung dalam biji karet dapat dihilangkan dengan proses perendaman selama 24 jam dengan pergantian air yang sering dan atau melalui perebusan terbuka. Asam sianida dalam biji karet dapat dihilangkan atau dikurangi kandungannya melalui beberapa cara yaitu perendaman selama 24 jam, pengukusan selama 6 jam pada suhu 100°C, penjemuran selama 12 jam dibawah sinar matahari atau kombinasi antara pengukusan dan penjemuran selama 12 jam.
Adapun selain cara fisik tersebut pengolahan biji karet dapat juga melalui perlakuan kimiawi dengan cara fermentasi, cara yang dapat dilakukan adalah biji dikupas dari kulit buahnya, dicuci dalam air yang mengalir, setelah itu biji direndam dalam air selama 12 jam, biji lalu dikukus selama 30-40 menit terhitung dari air mendidih, kemudian didinginkan lalu dicampur jamur yang ada dalam oncom dan tempe diperam selama 36 jam dalam suhu ruangan sebanyak 2 g/ kg bahan, biji diiris lalu dijemur, setelah itu biji kering lalu digiling halus, dan siap untuk dicampur dengan ransum lain.
Pengolahan biji karet diubah dalam bentuk tepung yang siap digunakan sebagai pakan ternak. Cara solvent (kimia) yaitu : biji karet dikupas terlebih dahulu kulit/tempurungnya, kemudian daging biji karet dipotong-potong lebih kecil agar permukaannya lebih luas, lalu dilakukan ekstraksi menggunakan hexan pada suhu 80°C, lalu diuapkan secara vakum dalam rotari evaporator selama satu jam, dan diperoleh MBK, sedangkan hasil sampingannya berupa BBK terlebih dahulu dilakukan pengukusan pada suhu 90-100°C selama setengah jam, lalu dikeringkan, dan siap digunakan sebagai pakan ternak. Kelemahan dari pengolahan biji karet adalah karena pemansan dengan waktu yang cukup lama dan menyebabkan warna coklat pada biji karet dan menyebabkan palatabilitas ternak menurun.

Biji Karet sebagai Pakan Ternak
Biji karet dapat digunakan untuk bahan campuran pakan ternak yaitu meningkatkan pertumbuhan bobot badan ternak dengan penggunaan sampai kadar tertentu. Penggunaan bungkil biji karet sebagai ransum konsentrat sampai level 30% diberikan pada sapi persilangan Jersey dan Sindhi, menghasilkan pertambahan bobot badan, daya cerna efesiensi penggunaan ransum yang lebih baik dibandingkan dengan ransum kontrol. Sedangkan penggunaan bungkil biji karet dalam ransum ayam petelur maksimum 20%, sebab kalau lebih dari 20% akan menurunkan bobot telur dan kerabang telur menjadi tipis. Hal ini dikarenakan ada faktor yang mengganggu metabolisme kalsium, posfor dan Vitamin D, sehingga telur infertil meningkat, daya tetas turun dan anak ayam menetas lebih ringan serta anak ayam lemah dan mudah diserang penyakit. Penggunaan biji karet sebagai komposisi pakan ternak unggas harus disangrai terlebih dahulu, karena biji karet mengandung asam prusid tinggi.

KESIMPULAN
    Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kandungan nutrisi pada biji karet yaitu protein kasar 17,08 %, lemak kasar 25,23 %, serat kasar 17,58 % dan energi metabolis 2707,53 kkal/kg, serta didapat cara pengolahan biji karet secara fisik seperti melalui pengukusan, perebusan ataupun dengan perendaman dalam air mengalir, biji karet dapat juga melalui perlakuan kimiawi dengan cara fermentasi, sedangkan untuk manfaat biji karet untuk ternak yaitu dapat digunakan untuk bahan campuran pakan ternak yaitu meningkatkan pertumbuhan bobot badan ternak.

DAFTAR PUSTAKA :

Aritonang, D., (1998), Kemungkinan pemanfaatan biji karet dalam ransum makanan ternak, J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 5(3).
Bestari, J., (1984), Pemakaian Tepung biji karet (Navea brasilliensis) terhadap Pertambahan Berat Badan Ayam Broiler, Thesis, Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.
Kasmirah, D., (2012), Pemanfaatan biji buah karet sebagai pakan alternatif ayam kampung.
Murni, R., (2008), Buku ajar teknologi pemanfaatan limbah untuk pakan, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi, Jambi.
Murtidjo, B.A., (1987). Pedoman Meramu Pakan Unggas, Kanisius, Yogyakarta.
Rahmawan, O dan Mansyur, (2008), Detoksifikasi HCN dari bungkil biji karet (BBK) melalui berbagai perlakuan fisik, Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008.
Zuhra, C.F., (2006), Karet, Karya Ilmiah Departemen Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatra Utara, Medan



Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

1. Dilarang Spam
2. Dilarang menggunakan kata-kata kasar/tidak sopan

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda