Senin, 30 Maret 2020

Protein dapat Mencegah Infeksi Virus Corona


Perbanyak mengkonsumsi protein bisa mencegah infeksi virus Corona, benarkah?

Oleh : Erwinsyah Utama


Protein berasal dari kata “proteos” (bhs. yunani) yang berarti “yang utama”. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya protein bagi makhluk hidup. Protein merupakan makromolekul (polimer) yang tersusun dari monomer-monomer asam-asam amino sebagai unit pembangun yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein merupakan komponen yang paling banyak terdapat dalam sel dan menyusun hampir 50% berat kering tubuh makhluk hidup. Protein juga merupakan komponen utama dari otot, organ-organ tubuh, dan kelenjar endokrin, serta terdapat pada rambut, darah, gigi, kuku, dan kulit.
Salah satu fungsi protein yang sangat penting adalah sebagai pertahanan tubuh. Protein pertahanan (immunoglobulin) atau antibodi berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan “bahan asing” dengan cara mengendapkan atau menetralkan “bahan asing” tersebut sehingga tidak menimbulkan penyakit dalam tubuh.

Antibodi sebagai Protein Pertahanan
Antibodi atau immunoglobulin adalah protein yang berperan melindungi tubuh  dari serangan benda asing (antigen) yang masuk ke dalam tubuh. Dengan kata lain, protein ini dibentuk sebagai respon terhadap masuknya bahan asing ke dalam tubuh. Jika ke dalam tubuh disuntikkan bahan asing dalam jumlah yang tidak berbahaya, maka tubuh dengan segera memberikan reaksi terhadap benda asing tersebut dengan membentuk antibodi yang khas untuk benda asing tersebut. Apabila suatu ketika antigen yang sama kembali masuk ke dalam tubuh, maka tubuh sudah siap dengan antibodi yang khas (yang sudah pernah dibentuk) untuk menetralkannya. Dalam hal ini akan terjadi senyawa kompleks antibodi-antigen.
Antibodi sangat spesifik untuk setiap antigen. Apabila kita diberi immunisasi dengan suntikan antigen volio, maka antibodi yang terbentuk dalam tubuh adalah antibodi terhadap penyakit volio, dimana antibodi tersebut hanya dapat menetralkan antigen volio dan tidak dapat menetralkan antigen lainnya. Prinsip inilah yang digunakan sebagai dasar suntikan kekebalan (vaksinasi dan immunisasi) pada manusia dan hewan.

Sumber-sumber Protein
Protein dapat diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan. Tumbuhan mensintesis beraneka ragam protein dan disimpan dengan jumlah yang berbeda-beda dalam bagian tertentu dari tumbuhan tersebut. Tumbuhan yang banyak mengandung protein diantaranya adalah kacang-kacangan, gandum, beras, jagung, dan beberapa buah-buahan.

Kandungan Protein dari Berbagai Jenis Bahan Makanan
No.
Bahan Makanan
Kadar Protein (% Berat)
1.
Susu skim kering
36
2.
Kacang kedelai
35
3.
Kacang hijau
22
4.
Daging
19
5.
Ikan segar
17
6.
Telur ayam
13
7.
Jagung
9,2
8.
Beras
6,8
9.
Tepung singkong
1,1

Hewan dan produknya merupakan sumber protein terbaik bagi manusia dibandingkan dengan protein yang berasal dari tumbuhan (protein nabati). Faktor-faktor yang menyebabkan superioritas protein hewani dibandingkan dengan protein nabati dari segi biokimia semata-mata adalah karena komposisi asam amino protein hewani lebih mendekati komposisi asam amino manusia, dimana hampir semua asam amino esensial terdapat dalam protein hewani.

Sintesis Protein
Apabila kita mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, maka asam-asam amino yang terkandung dalam protein tersebut akan diabsorpsi oleh tubuh dan kemudian akan mengalami proses metabolisme. Proses metabolisme protein terbagi menjadi 2, yaitu anabolisme (pembentukan) dan katabolisme (penguraian). Namun, dalam hal ini yang kita bahas hanyalah proses anabolismenya saja.
Protein pertahanan (immunogloblulin) atau antibodi dibentuk/disintesis dari asam-asam amino melalui proses anabolisme di dalam tubuh. Namun, pembentukan protein immunoglobulin tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1.      Kelengkapan asam-asam amino
Manusia tidak mampu mensintesis sendiri asam-asam amino yang dibutuhkannya untuk sintesis protein. Oleh sebab itu, sebagian dari asam-asam amino tersebut harus didatangkan dari makanan. Asam amino yang tidak dapat disintesis di dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan disebut “asam amino esensial”, sedangkan asam amino yang dapat disintesis di dalam tubuh disebut asam amino non-esensial.
Untuk mensintesis suatu protein harus tersedia semua asam-asam amino yang dibutuhkan. Begitu juga untuk mensintesis immunoglobulin. Bila salah satu asam amino yang dibutuhkan tidak ada, maka immunoglobulin tidak akan terbentuk. Bila salah satu asam amino jumlahnya terbatas, maka sintesis protein akan berlangsung sampai asam amino tersebut habis. Asam amino yang terbatas tersebut dinamakan asam amino pembatas (limiting amino acid).

2.      Kecukupan kalori pada bahan makanan
Apabila kandungan kalori (yang berasal dari karbohidrat maupun lemak) dalam bahan makanan tersedia dalam jumlah yang cukup, maka sintesis protein dalam tubuh akan berlangsung dengan optimum. Sebaliknya, bila kalori (yang berasal dari karbohidrat maupun lemak) tidak cukup tersedia maka protein yang berasal dari bahan makanan maupun protein jaringan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga sintesis protein dalam tubuh tidak akan terjadi.

3.      Keadaan nutrisi dan fisiologis
Sintesis protein akan berlangsung lebih cepat pada orang yang sedang mengalami pertumbuhan dan pada orang yang baru sembuh dari penyakit. Sedangkan pada orang dewasa, sintesis protein akan berlangsung seimbang dengan kerusakan protein jaringan bila kalori tersedia.

Banyak mengkonsumsi protein dapat mencegah berbagai macam penyakit, salah satunya penyakit yang disebabkan oleh virus Corona, benarkah?
Corona Virus Disease (COVID-19) merupakan pandemi penyakit yang sedang mewabah di dunia saat ini. Wabah ini pertama kali diidentifikasi berada di Wuhan, China pada Desember 2019. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa wabah itu menyebabkan Kesehatan Masyarakat Darurat dari Kepedulian Internasional pada 30 Januari 2020 dan kemudian diakui sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Hingga tanggal 7 Mei 2020, sebanyak 3,75 juta  kasus COVID-19 telah dilaporkan di lebih dari 187 negara dan wilayah, yang mengakibatkan sekitar 263.000 kematian dan lebih dari 1,24 million orang telah sembuh. Banyak upaya yang telah dilakukan untuk mencegah penyebaran virus ini, seperti pembatasan perjalanan, karantina, jam malam, penundaan dan pembatalan acara, dan penutupan beberapa fasilitas.
Namun, tahukah anda bahwa dengan memperbanyak mengkonsumsi protein ternyata dapat mencegah infeksi virus Corona? Ya, salah satu fungsi dari protein yang sangat penting adalah sebagai pertahanan tubuh. Protein yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh disebut dengan protein pertahanan (immunoglobulin). Protein immunoglobulin dibentuk sebagai respon terhadap masuknya “bahan asing” ke dalam tubuh. Jika ada “bahan asing” (contohnya virus Corona) masuk ke dalam tubuh, maka tubuh dengan segera memberikan reaksi terhadap virus tersebut dengan membentuk antibodi yang khas.

Protein immunogloblulin dibentuk/ disintesis dari asam-asam amino melalui proses anabolisme di dalam tubuh. Untuk mensintesisnya, maka harus tersedia semua asam-asam amino yang diperlukan. Bila salah satu asam amino yang dibutuhkan tidak tersedia, maka immunoglobulin tidak akan terbentuk. Bila salah satu asam amino jumlahnya terbatas, maka sintesis immunoglobulin akan berlangsung sampai asam amino tersebut habis.
Untuk itu, kita perlu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein secara beragam agar kebutuhan asam-asam amino yang diperlukan untuk mensintesis protein immunoglobulin terpenuhi. Namun itu saja tidaklah cukup. Bahan makanan yang kita makan haruslah dalam jumlah kalori yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi agar sintesis protein dalam tubuh berlangsung dengan optimum. Bila kalori tidak mencukupi, maka protein yang berasal dari bahan makanan maupun protein jaringan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi sehingga sintesis protein immunoglobulin dalam tubuh tidak akan terjadi.
Jadi, asumsi bahwa memperbanyak mengkonsumsi protein bisa mencegah virus Corona dapat dibenarkan. Namun, tidak ada jaminan bahwa dengan banyak mengkonsumsi protein kita bisa terbebas dari virus Corona. Bisa saja orang yang sudah mengkonsumsi banyak protein tetap terinfeksi virus Corona. Hal tersebut mungkin disebabkan karena proses metabolisme orang tersebut berlangsung lambat (dipengaruhi oleh faktor usia), sehingga proses sintesis protein immunoglobulin dalam tubuh orang tersebut berlangsung lebih lambat dari pada perkembangbiakan virus dalam tubuh, ataupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Memperbanyak mengkonsumsi protein bukan berarti mengkonsumsi protein secara berlebih-lebihan, karena segala sesuatu yang berlebih-lebihan tidaklah baik. Konsumsi lah protein yang sewajarnya saja. Sekian dan terima kasih…


Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/2019–20_coronavirus_pandemic
Silitonga, P.M., (2013), Biokimia Dasar, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan.
Silitonga, P.M., (2013), Biokimia Nutrisi, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan.

Label:

Sabtu, 28 Maret 2020

Fungsi Makanan bagi Tubuh

Apa Sajakah Fungsi Makanan bagi Tubuh?



Oleh : Erwinsyah Utama

Makan adalah salah satu kegiatan yang kita lakukan setiap hari pada waktu-waktu tertentu. Idealnya manusia makan tiga kali dalam sehari (dalam porsi tertentu), yaitu pada waktu pagi (sarapan), siang, dan malam hari. Namun, tahukah kalian mengapa manusia harus makan setiap hari? Apasajakah fungsi makanan bagi tubuh kita? Apa yang terjadi jika kita kekurangan asupan makanan? Simak penjelasan berikut ini.
Selain udara dan air, kebutuhan akan bahan makanan adalah faktor yang penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Allah SWT. telah menganugerahi kita dengan berbagai macam sumber makanan, baik yang berasal dari tumbuhan (nabati) maupun yang berasal dari hewan (hewani). Fungsi utama makanan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Makanan merupakan sumber nutrien bagi tubuh yang berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Hidup ataupun masa depan seseorang sangat dipengaruhi sangat dipengaruhi oleh bahan makanan yang dikonsumsi. Makanan sangat menentukan tingkat kesehatan, daya kerja, kecerdasan, kejiwaan, dan masa hidup seseorang. Pemilihan sumber bahan makanan dan tata cara pengolahannya harus mengundang kepada kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik. Kurangnya asupan makanan dapat menyebabkan pertumbuhan fisik dan mental terganggu, kecerdasan menurun, produktifitas kerja menjadi rendah, dan angka kematian menjadi tinggi.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan berbagai jenis kegiatan atau aktivitas. Untuk itu, kita membutuhkan energi yang kita peroleh dari bahan yang mengandung makromolekul yang berupa karbohidrat, protein, dan lemak. Dari ketiga ketika komponen tersebut, karbohidrat merupakan sumber energi utama dan paling efisien untuk proses metabolisme dalam tubuh.

Fungsi Karbohidrat bagi Tubuh
Disamping sebagai sumber energi utama bagi tubuh, karbohidrat juga berperan melindungi protein agar tidak digunakan sebagai bahan penghasil energi. Dalam proses metabolism, kebutuhan tubuh akan energi merupakan perioritas pertama. Bila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk kebutuhan energi, serta lemak di dalam makanan ataupun cadangan lemak yang tersimpan dalam tubuh juga terbatas, maka protein akan digunakan untuk menggantikan fungsi karbohidrat sebagai penghasil energi. Dengan demikian protein tidak dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai zat pembangun tubuh. Apabila keadaan ini berlangsung secara terus menerus, maka akan terjadi keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan energi dan protein (KEP).
Selain itu, karbohidrat dapat disimpan menjadi cadangan energi dalam bentuk glikogen di hati dan otot yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila asupan karbohidrat ke dalam tubuh tidak mencukupi. Karbohidrat juga berfungsi untuk membantu proses metabolisme lemak dan protein sehingga dapat mencegah terjadinya ketosis dan pemecahan protein secara berlebihan. Sebagian karbohidrat dapat berperan sebagai pembentuk struktur, misalnya selulosa yang berperan sebagai komponen utama dinding sel tumbuhan dan peptidoglikan yang terdapat pada dinding sel bakteri. Disamping itu, karbohidrat juga banyak terdapat pada berbagai komponen sel hewan. Pada organ hati, karbohidrat berperan sebagai pendetoksifikasi zat-zat toksik tertentu sehingga tubuh dapat terhindar dari keracunan. Beberapa jenis karbohidrat tertentu mempunyai fungsi khusus dalam tubuh, misalnya laktosa yang berfungsi membantu penyerapan kalsium; ribosa yang merupakan komponen penting dalam asam nukleat. Selain itu, ada beberapa golongan karbohidrat yang tidak dapat dicerna, yaitu karbohidrat yang mengandung serat (dietary fiber) yang berguna untuk membantu proses pencernaan dan memperlancar defekasi.

Fungsi Protein bagi Tubuh
Protein merupakan komponen utama dari otot, organ-organ tubuh, dan kelenjar endokrin, serta terdapat pada rambut, darah, gigi, kuku, dan kulit. Disamping itu, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh. Protein yang digunakan sebagai sumber energi adalah protein yang berasal dari makanan atau protein jaringan tubuh.
Hampir semua proses dalam tubuh melibatkan protein. Fungsi protein diantaranya adalah:
1.      Membentuk jaringan tubuh yang baru
2.      Memelihara jaringan tubuh
3.      Sumber energi
4.      Pengatur proses metabolisme dalam tubuh
5.      Biokatalisator dalam metabolisme (enzim)
6.      Komponen system kekebalan tubuh (antibodi)
7.      Komponen penyimpanan

Pada manusia dewasa yang sehat, pergantian (turnover) protein tubuh yang normal adalah sebesar 1-2 % perhari. Pergantian protein terutama berasal dari protein otot menjadi asam-asam amino. Sekitar 75-80 % dari asam amino tersebut akan digunakan kembali untuk sintesis protein baru, sedangkan sisanya akan dimetabolisme menjadi urea, glukosa, keton, dan CO2.

Fungsi Lemak bagi Tubuh
Sejak zaman purba, lemak sudah banyak digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya obat-obatan, kosmetik, pelumas,dan bahan makanan. Lemak dan minyak pada dasarnya mempunyai sifat kimia yang sama, tetapi sifat fisiknya berbeda (pada suhu kamar), dimana lemak berbentuk padatan sedangkan minyak berbentuk cairan.
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram lemak dapat menghasilkan energi sebesar 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Beberapa fungsi dari lemak selain sebagai cadangan energi adalah:
1.      Komponen struktur membran
2.      Lapisan pelindung pada bebenrapa jasad
3.      Komponen permukaan sel
4.      Komponen dalam proses transpor melalui membran
5.      Pelarut vitamin A, D, E, dan K.
6.      Medium penghantar panas dalam memasak bahan pangan, misalnya minyak goreng
7.      Penambah kalori dan tekstur bahan pangan, misalnya pada pembuatan kembang gula dan kue

Lemak dan minyak sebagai bahan makanan dibagi menjadi dua golongan, yaitu lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (seperti mentega dan margarin), serta lemak yang dimasak bersama bahan makanan atau dijadikan sebagai medium penghantar panas dalam memasak (misalnya minyak goreng dan lemak hewan.

Nah, berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi makanan  adalah sebagai sumber energi bagi tubuh agar tubuh dapat beraktivitas. Jika tubuh kekurangan asupan makanan maka tubuh akan kekurangan energi sehingga aktivitas menjadi terhambat.


Referensi:
Silitonga, P.M., (2013), Biokimia Nutrisi, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan.

Label:

Kamis, 26 Maret 2020

Arang Briket

ENERGI ALTERNATIF BIOBRIKET DARI CANGKANG KARET (Hevea brasilliensis) DAN BONGGOL UBI KAYU (Manihot utilissima)

Oleh : Erwinsyah Utama, Dona Best Marika, Linda Rosita

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Editor : Erwinsyah Utama


PENDAHULUAN
                Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil karet terbesar di dunia. Pada tahun 2016, untuk daerah Sumatera Utara, luas perkebunan karet sebesar 433.121 ha dan total produksi sebesar 418.919 ton. Semakin meningkatnya luas perkebunan karet di Indonesia semakin besar juga produksi karet, sehingga limbah yang dihasilkan juga akan semakin banyak. Salah satu limbahnya adalah cangkang biji karet yang merupakan pembungkus buah karet luar setelah kulit karet dengan ciri berwarna coklat dengan tekstur yang keras. Limbah cangkang karet selama ini digunakan sebagai bahan dasar pembuatan karbon aktif. Cangkang biji karet dapat dimanfaatkan dan berpotensi menambah nilai ekonomis dengan cara diolah menjadi briket sebagai bahan bakar alternatif. Penelitian bertujuan untuk memanfaatkan limbah cangkang biji karet menjadi briket dengan proses karbonisasi. Cangkang biji karet dikarbonisasi selama 2-3 jam menghasilkan arang cangkang biji karet. Arang cangkang biji karet kemudian dicampurkan dengan campuran perekat getah pinus dan tepung kanji dengan perbandingan antara getah pinus dan tepung kanji sebesar 1:1; 1:2; dan 2:1.
Biji karet terdiri dari cangkang dan inti, dan cangkang biji karet hampir sama dengan tempurung kelapa namun cangkang biji karet jauh lebih tipis. Komposisi kimia penyususn yang terkandung dalam cangkang biji karet adalah sebagai berikut: 48,64% selulosa, 33,54% lignin, 16,81% pentosa, 1,25% kadar abu, 0,52% kadar silika. Briket yang terbuat dari kulit biji karet memiliki nilai kalor > 6000 (kal/g), dengan nilai kadar air dan kadar abu yang rendah. Pembuatan briket dengan bahan  cangkang biji karet juga bisa meningkatkan nilai tambah petani karet, sehingga diharapkan terjadi aliansi dan sinergi di pedesaaan.  
Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam lima tahun terakhir ini dari sebesar 19.321.183 ton pada tahun 2005 menjadi 21.786.691 pada tahun 2009, atau mengalami peningkatan sebesar 11,32% (Departemen Pertanian, 2009). Peningkatan produksi tersebut menyebabkan limbah pengolahan ubi kayu dan agroindustrinya juga meningkat sehingga cukup potensial digunakan sebagai pakan; tidak hanya untuk unggas dan ruminansia kecil tetapi juga ruminansia besar. Namun pada penelitian ini akan digunakan limbah bonggol ubi kayu menjadi campuran untuk pembuatan biobriket.

TINJAUAN PUSTAKA
1. Karet (Hevea brasilliensis)
            Karet atau memiliki nama latin Hevea brasilliensis merupakan tanaman asli dari lembah Sungai Amazon, Brazil, Amerika Selatan. Tanaman dapat tumbuh baik di daerah daratan rendah yakni hingga ketinggian 200 m dari permukaan laut dengan kebutuhan sinar matahari minimum 5–7 jam perhari. Karet mampu tumbuh hingga mencapai ketinggian 15–25 m. Secara fisik cangkang buah karet memiliki ciri ini sebagai tumbuhan yang berlignin. Konstruksi cangkang yang keras mengindikasi bahwa cangkang buah karet ini mengandung senyawa aktif berupa lignin (Vinsiah dkk, 2013). Cangkang buah karet belum termanfaatkan secara optimal bahkan kadangkala menjadi suatu limbah yang tidak memiliki nilai jual. Padahal bahan tersebut memiliki potensi untuk diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat dan bernilai jual. Cangkang biji karet juga dapat dimanfaatkan dan berpotensi menambah nilai ekonomis dengan cara diolah menjadi briket sebagai bahan bakar alternatif.

Tabel  Komposisi Kimia yang Terkandung dalam Cangkang Karet
2. Bonggol Ubi Kayu (Manihot utilissima)
            Ubi kayu (Manihot utilissima) merupakan tanaman tropis yang mudah tumbuh di segala kondisi tanah dan pada waktu musim panen harganya relatif murah (Antari dan Umiyasih, 2009). Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat dalam lima tahun terakhir ini dari sebesar 19.321.183 ton pada tahun 2005 menjadi 21.786.691 pada tahun 2009, atau mengalami peningkatan sebesar 11,32% (Departemen Pertanian, 2009). Bahan  limbah pascapanen tanaman ubi kayu antara lain pucuk ubi kayu, batang ubi kayu, kulit ubi kayu, bonggol ubi kayu, gaplek afkir, singkong afkir, dan gamblong  (Mariyono et al., 2008). Limbah bonggol ubi kayu yang tidak termanfaatkan di Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah sebanyak 22.103 ton (Departemen Pertanian, 2009).
            Bonggol ubi kayu juga merupakan salah satu limbah yang sampai saat ini masih sedikit dimanfaatkan. Bonggol ubi kayu biasanya dimanfaatkan sebagai campuran pakan hewan ternak ruminansia seperti yang dilaporkan oleh (Antari dan Umiyasih, 2009). Teksturnya yang keras dan kandungan nutrisi yang rendah membuat bonggol ubi kayu tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi manusia. Tekstur bonggol ubi kayu yang keras menandakan bahwa terdapat kandungan lignin yang tinggi didalamnya. Kandungan lignin yang tinggi menyebabkan bonggol ubi kayu apabila dibakar/dikarbonisasi maka akan menghasilkan kualitas arang yang cukup bagus.

3. Briket
            Biobriket adalah briket yang dibuat dari bahan biomassa atau limbah biomassa. Biomassa merupakan sumber energi yang bersih dan dapat diperbarui yang dihasilkan melalui proses fotosintesis, baik berupa produk maupun limbah. Biobriket banyak diterapkan di negara-negara Asia bagian selatan seperti Indonesia, India, dan Thailand. Biobriket merupakan salah satu alternatif pemanfaatan limbah guna meningkatkan nilai tambah limbah hasil pertanian, seperti limbah cangkang karet sebagai bentuk biomasa. Pembuatan biobriket dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya sortasi, pengarangan dan penggilingan, pencampuran dengan perekat, pencetakan/pengempaan briket dan pengeringan. Ukuran serbuk arang yang halus untuk bahan baku briket arang akan mempengaruhi keteguhan tekan dan kerapatan briket arang. Semakin halus maka kerapatannya akan semakin meningkat. Makin halus ukuran partikel, makin baik briket yang dihasilkan. Bahan baku untuk membuat briket harus cukup halus untuk dapat membentuk briket yang baik. Ukuran partikel yang terlalu besar akan sukar pada waktu melakukan perekatan sehingga mengurangi keteguhan tekan dari briket yang dihasilkan.  
            Briket merupakan bahan bakar padat dengan dimensi tertentu yang seragam, diperoleh dari hasil pengempaan bahan berbentuk curah, serbuk, berukuran relatif kecil atau tidak beraturan sehingga sulit digunakan sebagai bahan bakar dalam bentuk aslinya. Kelebihan penggunaan briket limbah biomasa sebagai substitusi kerosene dan LPG antara lain yaitu biaya bahan bakar lebih murah, lebih ramah lingkungan (green energy), merupakan sumber energi terbarukan (renewable energy), membantu mengatasi masalah limbah dan menekan biaya pengelolaan limbah (Purwita, 2012).

Karakteristik Briket
Bahan bakar padat memiliki spesifikasi dasar antara lain sebagai berikut :
1.    Nilai kalor (Heating value/calorific value)
Nilai kalor bahan bakar adalah jumlah panas yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh suatu gram bahan bakar tersebut dengan meningkatkan temperatur 1 gr air dari 3,5°C - 4,5°C, dengan satuan kalori.
2.    Kadar air (Moisture)
Kandungan air dalam bahan bakar, air yang terkandung dalam kayu atau produk kayu dinyatakan sebagai kadar air.
3.    Kadar Abu (Ash)
Abu atau disebut dengan bahan mineral yang terkandung dalam bahan bakar padat yang merupakan bahan yang tidak dapat terbakar setelah proses pembakaran. Abu adalah bahan yang tersisa apabila bahan bakar padat (kayu) dipanaskan hingga berat konstan.
4.    Volatile matter (Zat-zat yang mudah menguap)
Volatile matter (zat-zat yang mudah menguap) merupakan salah satu karakteristik yang terkandung dari suatu biobriket. Semakin banyak kandungan volatile matter pada biobriket maka semakin mudah biobriket untuk terbakar dan menyala, sehingga laju pembakaran semakin cepat.
5.    Fixed Carbon (FC)
Kandungan fixed carbon, yaitu komponen yang bila terbakar tidak membentuk gas yaitu KT (karbon tetap) atau disebut FC (fixed carbon), atau bisa juga disebut kandungan karbon tetap yang terdapat pada bahan bakar padat yang berupa arang (char).

Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik pembakaran briket, antara lain :
1.    Laju pembakaran biobriket paling cepat adalah pada komposisi biomassa yang memiliki banyak kandungan volatile matter (zat-zat yang mudah menguap). Semakin banyak kandungan volatile matter suatu biobriket maka semakin mudah biobriket tersebut terbakar, sehingga laju pembakaran semakin cepat.
2.    Kandungan nilai kalor yang tinggi pada suatu biobriket saat terjadinya proses pembakaran biobriket akan mempengaruhi pencapaian temperatur yang tinggi pula pada biobriket, namun pencapaian suhu optimumnya cukup lama.
3.    Semakin besar berat jenis (bulk density) bahan bakar maka laju pembakaran akan semakin lama. Dengan demikian biobriket yang memiliki berat jenis yang besar memiliki laju pembakaran yang lebih lama dan nilai kalor lebih tinggi dibandingkan dengan biobriket yang memiliki berat jenis yang lebih rendah. Makin tinggi berat jenis biobriket semakin tinggi pula nilai kalor yang diperolehnya (Widarti dkk, 2010).

Kualitas Arang Briket
            Menurut (Departemen Kehutanan, 1994) belum ada standar kualitas khusus untuk arang briket di Indonesia, namun berbagai rujukan dapat digunakan sifat arang briket buatan Jepang, Inggris dan USA sebagai berikut:

Tabel Kualitas Mutu Briket Bioarang

Arang/briket yang berkualitas harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.      Mempunyai kandungan arang (fix karbon) diatas 75%.
2.      Cukup keras ditandai dengan tidak mudah patah dan hancur.
3.      Kadar abunya tidak lebih dari 5%
4.      Kadar zat menguapnya tidak lebih dari 8%
5.      Kadar air tidak lebih dari 15%
6.      Tidak tercemar oleh unsur-unsur yang membahayakan atau kotoran lainnya.

4. Perekat
            Perekat diperlukan dalam pembuatan briket bioarang. Hal ini karena sifat alami bubuk arang yang cenderung saling memisah. Dengan bantuan bahan perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan dibentuk sesuai kebutuhan. Pemilihan jenis perekat sangat berpengaruh terhadap kualitas bioarang. Hal ini disebabkan perekat akan mempengaruhi kalor pada saat pembakaran (Muzi dan Mulasari, 2014).
            Terdapat beberapa jenis bahan baku yang umum dipakai sebagai pengikat untuk pembuatan briket, yaitu:
a.    Perekat anorganik
Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan briket selama proses pembakaran sehingga dasar permeabilitas bahan bakar tidak terganggu. Contoh dari pengikat anorganik antara lain semen, lempung, natrium.
b.    Perekat organik
Pengikat organik menghasilkan abu yang relatif sedikit setelah pembakaran briket dan umumnya merupakan bahan perekat yang efektif. Contoh dari pengikat organik di antaranya kanji, tar, aspal, amilum, molase dan parafin (Sulistyanto, 2006).

METODE PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
            Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu tong, ember, pengaduk kayu, lumpang dari batu, alat pengepres, alat pencetak oven, neraca, pisau, panci dan kompor. Adapun bahan–bahan yang digunakan adalah cangkang karet, bonggol ubi kayu, getah pinus, kanji, air dan akuades.

2. Prosedur Penelitian
Bahan baku cangkang karet dan bonggol ubi kayu pertama sekali harus dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Setelah dibersihkan, bahan-bahan tersebut kemudian dikeringkan di terik matahari. Hal ini bertujuan agar pembakaran dapat dilakukan dengan mudah. Bahan yang kering akan lebih mudah untuk dibakar/dikarbonasi.
Bahan baku yang telah dikeringkan kemudian dibakar hingga menghasilkan arang. Pembakaran ini kira-kira berlangsung selama kurang lebih 2-3 jam. Pada proses ini, pembakaran cangkang karet dan bonggol ubi kayu dilakukan dalam dua buah tong yang berbeda.
Arang hasil pembakaran dihaluskan menggunakan lumpang batu berukuran sedang. Material-material bahan yang telah dihaluskan kemudian dicampurkan dengan campuran perekat yang sudah dipanaskan  dan kemudian diaduk dalam ember. Pada proses ini akan divariasikan jumlah bahan baku dan variasi perekat. Perbandingan antara cangkang karet dengan bonggol ubi kayu yang akan divariasikan yaitu 1:2, 1:1, dan 2:1 dan variasi perbandingan antara tepung kanji dan getah pinus adalah 1:2 dan 1:1.
Bahan-bahan yang telah dicampurkan kemudian dimasukkan ke dalam alat pencetak dan kemudian dipres. Setelah itu dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven agar menghilangkan sisa-sisa air setelah pengepresan sehingga diperoleh hasil briket yang keras.

DAFTAR PUSTAKA

Antari, R., dan Umiyasih, U., (2009), Pemanfaatan Tanaman Ubi Kayu dan Limbahnya  secara Optimal sebagai Pakan Ternak Ruminansia, WARTAZOA, 19(4), 191-200.

Departemen Pertanian, (2009), Basis Data Pertanian, http://database.deptan.go.id/ bdsp/hasil_kom_asp.

Mariyono, Y.N.,  Anggraeny, dan Kiaega, L., (2008), Teknologi alternatif pemberian pakan sapi potong untuk wilayah industri bagian Timur, Pros. Seminar Nasional Sapi Potong, Palu, 24 November 2008,  BPTP Sulawesi Tengah, hlm:151 – 159.

Muzi, I., dan S. A. Mulasari., (2014), Perbedaan Konsentrasi Perekat antara Briket Bioarang Tandan Kosong Sawit dengan Briket Bioarang Temperatur Kelapa terhadap Waktu Didih Air, 8(2).

Sulistyanto, A., (2006), Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara dan Sabut Kelapa, 7:79.

Vinsiah, R., (2013), Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Kulit Buah Karet (Hevea brasilliensis), 189-199.

Widarti, E.S., (2010), Studi Eksperimental Karakteristik Briket Organik dengan Bahan Baku dari PPLH Seloliman, 1-10.


Wijaya, P., (2012), Analisis Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong sebagai Bahan Bakar Alternatif Biobriket, SKRIPSI, IPB, Bogor.

Label: