SENYAWA TERPENOID
SENYAWA
TERPENOID
Oleh :
Erwinsyah Utama, Sapransyah Rangkuti, Yunita Sari Lubis, Meiky Ulandari Putri,
Feny Noviyanti
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Negeri Medan
Editor :
Erwinsyah Utama
1.
Definisi Umum Terpenoid
Terpenoid merupakan salah satu jenis
metabolit sekunder, dengan kerangka karbon yang terdiri dari dua atau lebih
unit C5 yang disebut unit isoprena (Sjamsul,
1986:3). Oleh karena itu terpenoid disebut juga isoprenoid. Pada definisi
yang lebih modern, terpenoid merupakan
hidrokarbondari tanaman dengan rumus umum (C5H8)n,
termasuk juga derivat lainnya yang teroksigenasi, terhidrogenasi, dan
terdehidrogenasi.
2.
Biosintesa
Senyawa Terpenoida
Secara
umum biosintesa terpenoida dengan terjadinya 3 reaksi dasar yaitu:
1. Pembentukan
isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat. Asam asetat
setelah diaktifkan oleh koenzim A (Ko-A) melakukan kondensasi jenis Claisen
menghasilkan Asetoasetil Ko-A. Senyawa ini dengan Asetil Ko-A melakukan
kondensasi jenis Aldol menghasilkan
rantai karbon bercabang sebagaimana
ditemukan
pada
asam
mevalonat.
2. Penggabungan
kepala dan ekor dua unit isoprena akan membentuk mono-, seskui-, di-, sester-,
dan poli- terpenoida.
Setelah asam mevalonat terbentuk,
reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam posfat, dan
dekarboksilasi menghasilkan Isopentenil Pirofosfat (IPP). Selanjutnya
berisomerisasi menjadi Dimetil Alil Pirofosfat (DMAPP) oleh enzim isomerase.
IPP inilah yang bergabung dari kepala ke ekor dengan DMAPP. Penggabungan ini
terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom
karbondari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion
pirofosfat mengasilkan Geranil Pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara bagi semua
senyawa monoterpenoida. Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP
dengan mekanisme yang sama menghasilkan Farnesil Pirofosfat (FPP) yang
merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpenoida. Senyawa
diterpenoida diturunkan dari Geranil – Geranil Pirofosfat (GGPP) yang berasal
dari kondensasi antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama.
3. Penggabungan
ekor dan ekor dari unit C-15 atau unit C-20 menghasilkan triterpenoida dan
steroida.
Triterpenoida (C30) dan
tetraterpenoida (C40) berasal dari dimerisasi C15 atau C20 dan bukan dari
polimerisasi terus-menerus dari unit C-5. Yang banyak diketahui ialah
dimerisasi FPP menjadi skualena yang merupakan triterpenoida dasar dan sumber
dari triterpenoida lainnya dan steroida. Siklisasi dari skualena menghasilkan
tetrasiklis triterpenoida lanosterol.(Pinder, 1960).
3. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Terpenoid (Yunita sari
lubis)
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu melalui sokletasi dan maserasi.
a. Sokletasi
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu melalui sokletasi dan maserasi.
a. Sokletasi
Dilakukan
dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L
n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas bakteri.
b. Teknik maserasi menggunakan pelarut
metanol.
Ekstrak metanol dipekatkan lalu lalu
dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M. Hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x 50 mL
nheksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri.
Uji aktivitas bakteri dilakukan dengan
pembiakan bakteri dengan menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis.
Lalu dimasukkan ke dalam tabung yang
berisi 2 mL Muller-Hinton brot, kemudian diinkubasi bakteri homogen selama 24
jam pada suhu 35°C. Suspensi baketri homogen yang telah diinkubasi siap
dioleskan pada permukaan media MullerHinton,agar secara merata dengan
menggunakan lidi kapas yang steril kemudian di tempelkan disekitar yang berisi
sampel. Standar tetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai
kontrol,lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. Dilakukan pengukuran daya
hambat zat terhadap baketri(Anonim. 2010).
4.
Sifat Fisika-Kimia Senyawa Terpenoid Sifat umum Terpenoid:
a. Sifat fisika dari terpenoid adalah :
1) Dalam keadaan segar merupakan cairan
tidak berwarna tetapi jika 11 teroksidasi warna akan berubah menjadi gelap.
2)
Mempunyai bau yang khas
3)
Indeks bias tinggi
4)
Kebanyakan optik aktif
5)
Kerapatan lebih kecil dari air
6)
Larut dalam pelarut organik: eter dan
alkohol
b. Sifat Kimia dari terpenoid:
1)
Senyawa tidak jenuh (rantai terbuka
ataupun siklik)
2)
Isoprenoid kebanyakan bentuknya khiral
dan terjadi dalam dua bentuk enantiomer (Sofia. 2006).
5.
Kegunaan terpenoid
a. Fitoaleksin
Fitoaleksin adalah
suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan diakumulasikan
oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau terpapar
senyawa kimia tertentu dan radiasi dengan sinar UV.
b.Insect antifectan, repellant
c.Pertahanan tubuh dari herbifora
d.Feromon hormon tumbuhan.
Feromon dari bahasa
Yunani: Phero yang artinya pembawa, dan Mone bermakna sensasi. Feromon adalah sejenis zat kimia yang
berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya pikat seksual pada jantan maupun
12 betina. Zat ini berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh makhluk
hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu
proses reproduksi. Berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan
hanya dapat mempengaruhi dan dikenali oleh individu lain yang sejenis atau satu
spesies (Anonim. 2012). Feromon pertama ditemukan di Jerman oleh Adolph
Butenandt, ilmuwan yang juga menemukan hormon seksual pada manusia yaitu
estrogen, progesteron dan testosteron. Ketika pertama kali ditemukan pada
serangga, feromon banyak dikaitkan dengan fungsi reproduksi serangga. Para
ilmuwan mula-mula melihat feromon adalah sebagai padanan dari parfum di dunia
manusia.
2.1.6.
Klasifikasi Senyawa Terpenoid
Secara umum terpenoid
terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul umum (C5H8)n. Klasifikasi
biasanya tergantung pada nilai (n).
Nama
|
Rumus
|
Sumber
|
Monoterpen
|
C10H16
|
Minyak Atsiri
|
Seskuiterpen
|
C15H24
|
Minyak Atsiri
|
Diterpen
|
C20H32
|
Resin Pinus
|
Triterpen
|
C30H48
|
Saponin, Damar
|
Tetraterpen
|
C40H64
|
Pigmen, Karoten
|
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Biflavonoid,Online:http/www.scribd.comdoc/12754372/D090115
Gunawan,
I.W.G. I G. A. Gede Bawa, dan N. L. Sutrisnayanti. 2008. Isolasi Dan
Dentifikasi Senyawa Terpenoid Yang Aktif Antibakteri Pada Herba Meniran (Phyllanthus
niruri Linn). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran. ISSN
1907-9850.
Sofia, L. 2006. Senyawa
Terpenoida dan Steroida. Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatra Utara.
Medan.
Slamat, 2012.Terpenoid. Diakses dari http://slamatysf.blogspot.com/2012/11/ kimia-organik-bahan alammonoterpenoid.html pada tanggal 14 Oktober 2018 Pukul 13.17 WIB
Sitorus, M. 2010. Kimia Organik Umum. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Label: Artikel
0 Komentar:
Posting Komentar
1. Dilarang Spam
2. Dilarang menggunakan kata-kata kasar/tidak sopan
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda