Daun Surat-surat Dibata
SKRINING FITOKIMIA METABOLIT SEKUNDER DARI DAUN SURAT-SURAT DIBATA (Macodes
petola BI) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDANNYA
ABSTRAK
Surat-surat dibata (Macodes petola BI) merupakan salah satu
tanaman obat yang tumbuh di daerah Karo, Sumatera Utara. Tanaman ini umumnya
digunakan sebagai obat penawar racun oleh masyarakat Karo. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
dalam daun tanaman Macodes petola BI serta mengetahui aktivitas
antioksidan dari ekstrak daun tersebut. Tahapan dalam penelitian ini meliputi
preparasi, ekstraksi, identifikasi, dan uji aktivitas antioksidan dengan metode
DPPH. Tingkat berkurangnya warna dari larutan menunjukkan
efisiensi penangkap radikal. Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada λ=517
nm setelah diinkubasi selama 30 menit.
Kata
Kunci : Skrining fitokimia, Macodes petola BI, metabolit sekunder, DPPH.
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat
julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki
Indonesia (Jhonherf, 2007). Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga
semakin banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang
berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan adanya efek
samping jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia
(Arief, 2001). Dalam tanaman-tanaman berkhasiat obat yang telah dipelajari dan
diteliti secara ilmiah menunjukan bahwa tanaman-tanaman tersebut mengandung
zat-zat atau senyawa aktif yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Maheswari,
2002).
Surat-surat dibata (Macodes petola BI) merupakan family
Orchidae, dengan nama genus Macodes. Tanaman ini ditemukan pada daerah lembahan
hutan hujan yang sebagian tertutup bayangan pohon dan tumbuh pada bekas tanaman
atau humus yang basah dan tanah dengan drainase yang baik (Sembiring, 2008).
Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan yaitu dengan skiring fitokimia. Metode skiring fitokimia bersifat sederhana,
peralatan sedikit dan selektif dalam mengidentifikasi senyawa flavonoid
dan senyawa alkaloid. Hasil pengukuran dengan
metode skiring fitokimia menunjukkan keberadaan senyawa dalam kelompok senyawa
flavonoid dan alkaloid (Achmad, 1986).
Peranan antioksidan sangat penting dalam menetralkan dan
menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga
merusak biomolekul, seperti DNA, protein, dan lipoprotein di dalam tubuh yang
akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif seperti kanker, jantung,
artritis, katarak, diabetes, dan hati (Silalahi, 2002).
Antioksidan alami ditemukan pada sebagian besar tanaman,
mikroorganisme, jamur, dan jaringan binatang. Sebagian besar antioksidan alami
adalah kelompok fenolik dan kelompok fenolik yang paling penting dari
antioksidan alami adalah flavonoid dan asam fenol (Dalimartha dan Soedibyo,
1999).
1.2
Rumusan
Masalah
- Bagaimana hasil skrining fitokimia senyawa metabolit sekunder flavonoid pada daun Macodes petola BI?
- Bagaimana hasil skrining fitokimia senyawa metabolit sekunder alkaloid pada daun Macodes petola BI?
- Bagaimana aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol daun Macodes petola BI?
1.3
Tujuan
Penelitian
- Mengetahui kandungan flavonoid pada daun Macodes petola BI.
- Mengetahui kandungan alkaloid pada daun Macodes petola BI.
- Mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol daun Macodes petola BI.
1.4 Manfaat
Penelitian
Manfaat dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang
terdapat dalam daun Macodes petola BI
dan mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol pada daun.
1.5 Batasan
Masalah
Penelitian
hanya merujuk pada senyawa metabolit sekunder flavonoid dan alkaloid yang
terdapat pada daun Macodes petola BI, serta uji aktivitas antioksidan
dari ekstrak metanol pada daun.
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fitokimia
Fitokimia
merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan aspek kimia suatu tanaman. Kajian
fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka ragam senyawa organik yang
dibentuk dan disimpan oleh organisme, yaitu struktur kimianya, biosintesisnya,
perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah dan fungsi
biologisnya, isolasi dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari
bermacam-macam jenis tanaman (Sirait, 2007).
Analisis
fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri komponen bioaktif suatu ekstrak kasar
yang mempunyai efek racun atau efek farmakologis lain yang bermanfaat bila
diujikan dengan sistem biologi atau bioassay (Harborne, 1987).
2.2 Macodes petola BI
Tanaman ini
merupakan family Orchidae, dengan nama genus Macodes. Tanaman ini ditemukan
pada daerah lembahan hutan hujan yang sebagian tertutup bayangan pohon dan
tumbuh pada bekas tanaman atau humus yang basah dan tanah dengan drainase yang
baik (Sembiring, 2008).
Gambar 2.1 Daun surat-surat dibata
2.3 Flavonoid
Penamaan
flavonoid berasal dari bahasa latin yang mengacu pada warna kuning dan sebagian
besar flavonoid adalah berwarna kuning. Flavonoid sering ditemukan dalam bentuk
pigmen dan co-pigmen. Flavonoid adalah golongan pigmen organik yang tidak
mengandung molekul nitrogen. Kombinasi dari berbagai macam pigmen membentuk
pigmentasi pada daun, bunga, buah dan biji tanaman (Markham, 1988).
Flavonoid
merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil yang tidak
tersubstitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat, atau campuran
dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan
tumbuhan (Rijke, 2005). Flavonoid adalah senyawa fenol, sehingga warnanya
berubah bila ditambah basa atau amoniak.
Flavonoid
merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui
metabolisme asam amino (Bhat dkk.,
2009). Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada
tingkat oksidasi dari rantai propane dari sistem 1,3-diarilpropana (Wang,
2010). Terdapat sekitar 10 jenis
flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon,
biflavonil, khalkon, auron, flavanon, dan isoflavon (Harborne, 1987).
Gambar 2.2 Jenis-jenis flavonoid
Flavon, flavonol
dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sehingga sering
disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida disebabkan oleh
berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur
tersebut. Penggolongan flavonoid berdasarkan penambahan rantai oksigen dan
perbedaan distribusi dari gugus hidroksil (Wang, 2010).
2.4 Alkaloid
Alkaloid
umumnya mempunyai aktifitas fisiologi yang kuat dan luas sehingga alkaloid
banyak digunakan sebagai racun dan obat-obatan. Salah satu ciri khas alkaloid
adalah mempunyai atom nitrogen baik sebagai asiklik maupun siklik dan
heterosiklik serta mempunyai rasa yang pahit (Sitorus, 2010).
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat
mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya
oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid
selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika
penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa
organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat)
sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim
berada dalam bentuk garamnya (Harold, 1990).
Uji kualitatif untuk alkaloid dapat dilakukan dengan menambahkan
pereaksi Meyer, bila terbentuk endapan putih maka positif untuk alkaloid.
Pereaksi Meyer adalah HgCl2 (1,36 gram) dilarutkan dalam 60 mL air
dan dicampur KI 5 gram dalam 10 mL air. Selanjutnya diencerkan hingga 100 mL
(Sitorus, 2010).
2.5 Ekstraksi
Senyawa
metabolit sekunder yang sedikit dalam organisme, dalam proses isolasi dimulai dari
sampel yang jumlahnya banyak, minimal 2 kg sampel kering yang sudah dihaluskan.
Proses persiapan ekstraksi yaitu dimulai dari penyiapan sampel yang disortir dari
pengotor, kemudian dicuci hingga bersih dan dikeringkan pada suhu ruang.
Setelah kering sampel digiling hingga menjadi serbuk yang kemudian dilanjutkan
dengan proses ekstraksi. Untuk mendapatkan senyawa murni biasanya peneliti menggunakan beberapa
teknik ekstraksi antara lain maserasi, perkolasi, infudasi, dan sokhletasi (Ratu,
2013).
Maserasi
adalah teknik ekstraksi dengan perendaman terhadap bahan yang akan diekstraksi.
Teknik maserasi adalah teknik pengekstraksian yang paling klasik. Sampel yang telah
dihaluskan direndam dalam suatu pelarut organik selama beberapa waktu.
Selanjutnya disaring dan hasilnya dapat berupa filtrat. Proses maserasi dapat
dilakukan dengan dan tanpa pemanasan, dengan pengocokan dan juga ultrasonik
(Ibrahim dan Sitorus, 2013).
2.6 Antioksidan
Antioksidan
berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam, yaitu antioksidan alami dan
antioksidan buatan (sintetik). Antioksidan sintetik telah sepenuhnya diuji
reaksi toksisitasnya, tetapi beberapa menjadi toksik setelah penggunaan dalam
waktu lama. Antioksidan alami ditemukan pada sebagian besar tanaman,
mikroorganisme, jamur, dan jaringan binatang. Sebagian besar antioksidan alami
adalah kelompok fenolik dan kelompok fenolik yang paling penting dari
antioksidan alami adalah flavonoid dan asam fenol (Dalimartha dan Soedibyo,
1999).
Peranan
antioksidan sangat penting dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas
yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul, seperti DNA,
protein, dan lipoprotein di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya
penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, artritis, katarak, diabetes, dan
hati (Silalahi, 2002).
2.7 Metode DPPH
Radikal bebas
dapat ditangkap menggunakan penangkapan radikal bebas
2,2’-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Antioksidan sebagai donor proton terhadap
radikal bebas DPPH sehingga DPPH akan tereduksi menjadi stabil, dan warnanya
berubah dari warna ungu menjadi warna kuning yang dapat diukur persen
penangkapan radikal bebasnya pada panjang gelombang 517 nm (Prakash, 2001).
Metode yang
digunakan untuk pengujian antioksidan adalah metode penangkapan radikal DPPH.
Metode ini memiliki aktivitas penangkap radikal bebas yang tinggi dalam pelarut
organik, seperti metanol atau etanol pada suhu kamar (Suryanto dkk, 2003).
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan selama 3 (tiga) bulan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan yaitu, neraca analitik, gelas kimia, gelas ukur, tabung reaksi, pipet
tetes, batang pengaduk, labu erlenmeyer,
corong buchner,
pompa vakum, corong pisah, corong kaca, rotary evaporator, dan spectronic-20.
Bahan yang
digunakan yaitu sampel daun Macodes petola BI yang diperoleh dari daerah Kabupaten Karo (Sumatera Utara),
metanol, kertas saring, aluminium foil, larutan HCl (p), H2SO4 2 N, Pereaksi Mayer, FeCl3 5%, serbuk Mg, dan
akuades.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Preparasi dan
Ekstraksi
Daun Macodes Petola BI sebanyak 1,5 kg
dihaluskan dan dikeringkan, kemudian dimaserasi dengan metanol 3 x 24 jam. Maserat yang diperoleh disaring
dan selanjutnya dievaporasi hingga diperoleh ekstrak metanol pekat.
3.3.2 Identifikasi
Flavonoid
Identifikasi flavonoid
dilakukan dengan menempatkan 2 mL ekstrak dalam sebuah tabung reaksi dan
kemudian ditambahkan dengan dua tetes larutan FeCl3 5%. Apabila terjadi
perubahan warna menjadi biru kehitaman menunjukkan adanya flavanoid. Uji
flavonoid yang kedua yaitu dengan menempatkan 2 mL ekstrak dalam sebuah tabung
reaksi dan kemudian ditambahkan dengan larutan HCl dan serbuk Mg. Apabila warna
larutan menjadi merah bata menunjukkan adanya kandungan flavonoid pada larutan
tersebut.
3.3.3 Identifikasi
Alkaloid
Identifikasi
alkaloid dilakukan dengan menempatkan 10 mL ekstrak ke dalam corong pisah dan
kemudian ditambahkan dengan 10 mL H2SO4 2N. Selanjutnya
dilakukan pengocokan dan kemudian didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Setelah
terbentuk 2 lapisan, lapisan asam sulfat diambil dan kemudian ditambahkan
dengan beberapa tetes reagen Mayer. Apabila terbentuk endapan putih menunjukkan
adanya alkaloid.
3.3.4 Uji Aktivitas
Antioksidan
Uji
aktivitas antioksidan dari ekstrak daun Macodes petola BI dilakukan dengan cara
menambahkan 0,5 mL ekstrak 200 mg/L daun Macodes petola BI dengan 2 mL larutan
DPPH dan divortex selama 2 menit. Tingkat berkurangnya warna dari larutan
menunjukkan efisiensi penangkap radikal. Absorbansi dibaca dengan
spektrofotometer pada λ=517 nm setelah diinkubasi selama 30 menit. Aktivitas
penangkap radikal bebas dihitung sebagai persentase berkurangnya warna DPPH
dengan menggunakan persamaan:
DAFTAR PUSTAKA
Achmad S.A. 1986. Kimia Organik Bahan
Alam. Universitas Terbuka. Jakarta
Arief,
A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta : Kanisius.
Dalimartha, S., dan
Soedibyo, M. 1999. Awet Muda dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Trubus Agriwidya.
Harborne, J. B. 1987. Metode
Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung
: Institut Teknologi Bandung.
Ibrahim,
S., dan Sitorus, M. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta
: Graha Ilmu.
Markham,
K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : Penerbit ITB.
Prakash,
A. 2001. Antioxidant Activity, Medallion Laboratories
AnalyticalProgress, 19:2
Sembiring, R.
2012. Keanekaragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas
Sumatera Utara Kawa-san Taman Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara.
Medan : USU Press.
Silaban,
E.E., Afifuddin, Y., dan Batubara, R. 2015. Eksplorasi Tumbuhan Obat di Kawasan
Gunung Sibuatan, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Peronema
Forestry Science Journal, 4(2), 78-91.
Silalahi,
J. 2002. Senyawa Polifenol sebagai Komponen Aktif yang Berkhasiat dalam Teh. Majalah
kedokteran Indonesia. 52(10) : 361-4.
Sitorus,
M. 2010. Kimia Organik Umum. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suryanto,
E., Sastrohamidjojo, H., Raharjo, S., dan Tranggono. 2003. Antiradical of
Andaliman (Zanthoylum acanthopodium DC) Fruit Extract, Departement
of Chemistry, Fac of Mathematic and Natural Science, Gadjah Mada Univercity, Yogyakarta.
Label: Artikel
0 Komentar:
Posting Komentar
1. Dilarang Spam
2. Dilarang menggunakan kata-kata kasar/tidak sopan
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda