Jumat, 01 Mei 2020

Daun Surat-surat Dibata



SKRINING FITOKIMIA METABOLIT SEKUNDER DARI DAUN SURAT-SURAT DIBATA (Macodes petola BI) DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDANNYA


Oleh : Erwinsyah Utama


ABSTRAK
Surat-surat dibata (Macodes petola BI) merupakan salah satu tanaman obat yang tumbuh di daerah Karo, Sumatera Utara. Tanaman ini umumnya digunakan sebagai obat penawar racun oleh masyarakat Karo. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam daun tanaman Macodes petola BI serta mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak daun tersebut. Tahapan dalam penelitian ini meliputi preparasi, ekstraksi, identifikasi, dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Tingkat berkurangnya warna dari larutan menunjukkan efisiensi penangkap radikal. Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada λ=517 nm setelah diinkubasi selama 30 menit.
Kata Kunci : Skrining fitokimia, Macodes petola BI, metabolit sekunder, DPPH.


BAB I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat julukan live laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki Indonesia (Jhonherf, 2007). Penggunaan tumbuhan sebagai obat tradisional juga semakin banyak diminati oleh masyarakat karena telah terbukti bahwa obat yang berasal dari tumbuhan lebih menyehatkan dan tanpa menimbulkan adanya efek samping jika dibandingkan dengan obat-obatan yang berasal dari bahan kimia (Arief, 2001). Dalam tanaman-tanaman berkhasiat obat yang telah dipelajari dan diteliti secara ilmiah menunjukan bahwa tanaman-tanaman tersebut mengandung zat-zat atau senyawa aktif yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Maheswari, 2002).
Surat-surat dibata (Macodes petola BI) merupakan family Orchidae, dengan nama genus Macodes. Tanaman ini ditemukan pada daerah lembahan hutan hujan yang sebagian tertutup bayangan pohon dan tumbuh pada bekas tanaman atau humus yang basah dan tanah dengan drainase yang baik (Sembiring, 2008).
Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan yaitu dengan skiring fitokimia. Metode  skiring fitokimia bersifat sederhana, peralatan sedikit dan selektif dalam mengidentifikasi senyawa flavonoid dan senyawa alkaloid. Hasil pengukuran dengan metode skiring fitokimia menunjukkan keberadaan senyawa dalam kelompok senyawa flavonoid dan alkaloid (Achmad, 1986).
Peranan antioksidan sangat penting dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul, seperti DNA, protein, dan lipoprotein di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, artritis, katarak, diabetes, dan hati (Silalahi, 2002).
Antioksidan alami ditemukan pada sebagian besar tanaman, mikroorganisme, jamur, dan jaringan binatang. Sebagian besar antioksidan alami adalah kelompok fenolik dan kelompok fenolik yang paling penting dari antioksidan alami adalah flavonoid dan asam fenol (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).
           
1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana hasil skrining fitokimia senyawa metabolit sekunder  flavonoid pada daun Macodes petola BI?
  2. Bagaimana hasil skrining fitokimia senyawa metabolit sekunder alkaloid pada daun Macodes petola BI?
  3. Bagaimana aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol daun Macodes petola BI?
1.3  Tujuan Penelitian
  1. Mengetahui kandungan flavonoid pada daun Macodes petola BI.
  2. Mengetahui kandungan alkaloid pada daun Macodes petola BI.
  3. Mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak metanol daun Macodes petola BI.
1.4  Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam daun Macodes petola BI dan mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol pada daun.

1.5  Batasan Masalah
Penelitian hanya merujuk pada senyawa metabolit sekunder flavonoid dan alkaloid yang terdapat pada daun Macodes petola BI, serta uji aktivitas antioksidan dari ekstrak metanol pada daun. 
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fitokimia
Fitokimia merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan aspek kimia suatu tanaman. Kajian fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka ragam senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh organisme, yaitu struktur kimianya, biosintesisnya, perubahan serta metabolismenya, penyebarannya secara alamiah dan fungsi biologisnya, isolasi dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis tanaman (Sirait, 2007).
Analisis fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri komponen bioaktif suatu ekstrak kasar yang mempunyai efek racun atau efek farmakologis lain yang bermanfaat bila diujikan dengan sistem biologi atau bioassay (Harborne, 1987).

2.2 Macodes petola BI
Tanaman ini merupakan family Orchidae, dengan nama genus Macodes. Tanaman ini ditemukan pada daerah lembahan hutan hujan yang sebagian tertutup bayangan pohon dan tumbuh pada bekas tanaman atau humus yang basah dan tanah dengan drainase yang baik (Sembiring, 2008).
Gambar 2.1 Daun surat-surat dibata

2.3 Flavonoid
Penamaan flavonoid berasal dari bahasa latin yang mengacu pada warna kuning dan sebagian besar flavonoid adalah berwarna kuning. Flavonoid sering ditemukan dalam bentuk pigmen dan co-pigmen. Flavonoid adalah golongan pigmen organik yang tidak mengandung molekul nitrogen. Kombinasi dari berbagai macam pigmen membentuk pigmentasi pada daun, bunga, buah dan biji tanaman (Markham, 1988).
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil yang tidak tersubstitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat, atau campuran dari pelarut tersebut dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan (Rijke, 2005). Flavonoid adalah senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah basa atau amoniak.
Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino (Bhat dkk., 2009). Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai propane dari sistem 1,3-diarilpropana (Wang, 2010).  Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon, dan isoflavon (Harborne, 1987).
Gambar 2.2 Jenis-jenis flavonoid


Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan dialam sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut. Penggolongan flavonoid berdasarkan penambahan rantai oksigen dan perbedaan distribusi dari gugus hidroksil (Wang, 2010).

2.4 Alkaloid

Alkaloid umumnya mempunyai aktifitas fisiologi yang kuat dan luas sehingga alkaloid banyak digunakan sebagai racun dan obat-obatan. Salah satu ciri khas alkaloid adalah mempunyai atom nitrogen baik sebagai asiklik maupun siklik dan heterosiklik serta mempunyai rasa yang pahit (Sitorus, 2010).
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk  garamnya (Harold, 1990).
Uji kualitatif untuk alkaloid dapat dilakukan dengan menambahkan pereaksi Meyer, bila terbentuk endapan putih maka positif untuk alkaloid. Pereaksi Meyer adalah HgCl2 (1,36 gram) dilarutkan dalam 60 mL air dan dicampur KI 5 gram dalam 10 mL air. Selanjutnya diencerkan hingga 100 mL (Sitorus, 2010).

2.5 Ekstraksi
Senyawa metabolit sekunder yang sedikit dalam organisme, dalam proses isolasi dimulai dari sampel yang jumlahnya banyak, minimal 2 kg sampel kering yang sudah dihaluskan. Proses persiapan ekstraksi yaitu dimulai dari penyiapan sampel yang disortir dari pengotor, kemudian dicuci hingga bersih dan dikeringkan pada suhu ruang. Setelah kering sampel digiling hingga menjadi serbuk yang kemudian dilanjutkan dengan proses ekstraksi. Untuk mendapatkan senyawa  murni biasanya peneliti menggunakan beberapa teknik ekstraksi antara lain maserasi, perkolasi, infudasi, dan sokhletasi (Ratu, 2013).
Maserasi adalah teknik ekstraksi dengan perendaman terhadap bahan yang akan diekstraksi. Teknik maserasi adalah teknik pengekstraksian yang paling klasik. Sampel yang telah dihaluskan direndam dalam suatu pelarut organik selama beberapa waktu. Selanjutnya disaring dan hasilnya dapat berupa filtrat. Proses maserasi dapat dilakukan dengan dan tanpa pemanasan, dengan pengocokan dan juga ultrasonik (Ibrahim dan Sitorus, 2013).
           
2.6 Antioksidan
Antioksidan berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik). Antioksidan sintetik telah sepenuhnya diuji reaksi toksisitasnya, tetapi beberapa menjadi toksik setelah penggunaan dalam waktu lama. Antioksidan alami ditemukan pada sebagian besar tanaman, mikroorganisme, jamur, dan jaringan binatang. Sebagian besar antioksidan alami adalah kelompok fenolik dan kelompok fenolik yang paling penting dari antioksidan alami adalah flavonoid dan asam fenol (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).
Peranan antioksidan sangat penting dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak biomolekul, seperti DNA, protein, dan lipoprotein di dalam tubuh yang akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, artritis, katarak, diabetes, dan hati (Silalahi, 2002).


2.7 Metode DPPH    

Radikal bebas dapat ditangkap menggunakan penangkapan radikal bebas 2,2’-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Antioksidan sebagai donor proton terhadap radikal bebas DPPH sehingga DPPH akan tereduksi menjadi stabil, dan warnanya berubah dari warna ungu menjadi warna kuning yang dapat diukur persen penangkapan radikal bebasnya pada panjang gelombang 517 nm (Prakash, 2001).
Metode yang digunakan untuk pengujian antioksidan adalah metode penangkapan radikal DPPH. Metode ini memiliki aktivitas penangkap radikal bebas yang tinggi dalam pelarut organik, seperti metanol atau etanol pada suhu kamar (Suryanto dkk, 2003).

BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan selama 3 (tiga) bulan.

3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu, neraca analitik, gelas kimia, gelas ukur, tabung reaksi, pipet tetes, batang pengaduk,  labu erlenmeyer, corong buchner, pompa vakum, corong pisah, corong kaca, rotary evaporator, dan spectronic-20.
Bahan yang digunakan yaitu sampel daun Macodes petola BI yang diperoleh dari daerah Kabupaten Karo (Sumatera  Utara), metanol, kertas saring, aluminium foil, larutan HCl (p), H2SO4 2 N, Pereaksi Mayer, FeCl3 5%, serbuk Mg, dan akuades.

3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Preparasi dan Ekstraksi
Daun Macodes Petola BI sebanyak 1,5 kg dihaluskan dan dikeringkan, kemudian dimaserasi dengan metanol  3 x 24 jam. Maserat yang diperoleh disaring dan selanjutnya dievaporasi hingga diperoleh ekstrak metanol pekat.

3.3.2 Identifikasi Flavonoid
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan menempatkan 2 mL ekstrak dalam sebuah tabung reaksi dan kemudian ditambahkan dengan dua tetes larutan FeCl3 5%. Apabila terjadi perubahan warna menjadi biru kehitaman menunjukkan adanya flavanoid. Uji flavonoid yang kedua yaitu dengan menempatkan 2 mL ekstrak dalam sebuah tabung reaksi dan kemudian ditambahkan dengan larutan HCl dan serbuk Mg. Apabila warna larutan menjadi merah bata menunjukkan adanya kandungan flavonoid pada larutan tersebut.

3.3.3 Identifikasi Alkaloid
Identifikasi alkaloid dilakukan dengan menempatkan 10 mL ekstrak ke dalam corong pisah dan kemudian ditambahkan dengan 10 mL H2SO4 2N. Selanjutnya dilakukan pengocokan dan kemudian didiamkan sampai terbentuk 2 lapisan. Setelah terbentuk 2 lapisan, lapisan asam sulfat diambil dan kemudian ditambahkan dengan beberapa tetes reagen Mayer. Apabila terbentuk endapan putih menunjukkan adanya alkaloid.

3.3.4 Uji Aktivitas Antioksidan


Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak daun Macodes petola BI dilakukan dengan cara menambahkan 0,5 mL ekstrak 200 mg/L daun Macodes petola BI dengan 2 mL larutan DPPH dan divortex selama 2 menit. Tingkat berkurangnya warna dari larutan menunjukkan efisiensi penangkap radikal. Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada λ=517 nm setelah diinkubasi selama 30 menit. Aktivitas penangkap radikal bebas dihitung sebagai persentase berkurangnya warna DPPH dengan menggunakan persamaan: 



DAFTAR PUSTAKA
Achmad S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka. Jakarta
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta : Kanisius.
Dalimartha, S., dan Soedibyo, M. 1999. Awet Muda dengan Tumbuhan Obat dan Diet Suplemen. Trubus Agriwidya.
Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Ibrahim, S., dan Sitorus, M. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : Penerbit ITB.
Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity, Medallion Laboratories AnalyticalProgress, 19:2
Sembiring, R. 2012. Keanekaragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawa-san Taman Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara. Medan : USU Press.
Silaban, E.E., Afifuddin, Y., dan Batubara, R. 2015. Eksplorasi Tumbuhan Obat di Kawasan Gunung Sibuatan, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Peronema Forestry Science Journal, 4(2), 78-91.
Silalahi, J. 2002. Senyawa Polifenol sebagai Komponen Aktif yang Berkhasiat dalam Teh. Majalah kedokteran Indonesia. 52(10) : 361-4.
Sitorus, M. 2010. Kimia Organik Umum. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suryanto, E., Sastrohamidjojo, H., Raharjo, S., dan Tranggono. 2003. Antiradical of Andaliman (Zanthoylum acanthopodium DC) Fruit Extract, Departement of Chemistry, Fac of Mathematic and Natural Science, Gadjah Mada  Univercity, Yogyakarta.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

1. Dilarang Spam
2. Dilarang menggunakan kata-kata kasar/tidak sopan

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda