SEREH WANGI
SEREH WANGI
Oleh : Erwinsyah Utama dan Nurwulan Dari
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan
Editor : Erwinsyah Utama
A. Sereh Wangi
Sereh wangi
(Cymbopogon winterianus Jowitt) merupakan
tanaman berupa rumput-rumputan tegak, dan mempunyai akar yang sangat dalam dan
kuat, batangnya tegak, membentuk rumpun. Tanaman ini dapat tumbuh hingga tinggi
1 sampai 1,5 meter. Daunnya merupakan daun tunggal, lengkap dan pelepah daunnya
silindris, gundul, seringkali bagian permukaan dalam berwarna merah, ujung
berlidah, dengan panjang hingga 70-80 cm dan lebar 2-5 cm (Segawa, 2007).
Tanaman sereh wangi (Cymbopogon winterianus
Jowitt) dapat hidup pada daerah yang udaranya panas maupun dingin, sampai
ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Cara berkembang biaknya
dengan anak atau akarnya yang bertunas. Tanaman ini dapat dipanen setelah
berumur 4-8 bulan.Panen biasanya dilakukan dengan cara memotong rumpun didekat
tanah (Soebardjo, 2010). Susunan bunga tanaman sereh wangibercabang,
bertangkai, biasanya berwarna sama dan umumnya berwarna putih. Sereh
wangi jarang berbunga dan hanya berbunga bila sudah cukup matang yaitu pada
umur melebihi 8 bulan. Kelopak bunga bermetamorfosis menjadi 2 kelenjar
lodikula, berfungsi untuk membuka bunga pada pagi hari. Benang sari
berjumlah 3-6, kepala putik sepasang berbentuk buku dengan perpanjangan
berbentuk jambul (Segawa, 2007).
Tanaman
serai genus Cymbopogon meliputi
hampir 80 spesies, tetapi hanya beberapa jenis yang menghasilkan minyak
atsiri yang mempunyai arti ekonomi dalam perdagangan. Tanaman serai yang dikembangkan
di Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu Cympogon nardus (lenabatu) dan Cympogon
winterianus (mahapengiri). Jenis mahapengiri mempunyai ciri-ciri daunnya
lebih lebar dan pendek, disamping itu menghasilkan minyak dengan kadar
sitronellal 30-45% dan geraniol 65- 90%. Sedangkan jenis lenabatu menghasilkan
minyak dengan kadar sitronellal 7-15% dan geraniol 55-65% (Wijoyo, 2009).
Gambar 1. Tanaman sereh wangi
Sereh umumnya tumbuh sebagai tanaman liar di tepi jalan atau kebun, tetapi dapat
ditanam dalam berbagai kondisi di daerah tropis yang lembab, cukup sinar matahari,
dan bercurah hujan relatif tinggi. Kedudukan taksonomi tanaman serai menurut
Santoso (2007) :
Kingdom : Plantae
Subkingdom :
Trachebionta
Divisi :
Spermatophyta
Sub Divisi :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledonae
Sub Kelas :
Commelinidae
Ordo : Poales
Famili :
Graminae/Poaceae
Genus : Cymbopogon
Species :
Cymbopogon nardus L. Rendle
B. Minyak Atsiri
Minyak
yang terdapat di alam dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: minyak mineral
(mineral oil), minyak yang dapat dimakan (edible fat) dan minyak atsiri (essential oil) (Guenther,1987). Minyak
atsiri dikenal juga dengan nama minyak teris atau minyak terbang (volatile oil) yang dihasilkan oleh
tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent
teste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Umumnya larut
dalam pelarut organik dan tidak larut air. Minyak atsiri ini merupakan salah
satu dalam hasil sisa dari proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk
karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak
tersebut disintesa dalam sel glandular pada jaringan tanaman dan ada juga yang
terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari pohon pinus
(Ketaren, 1981).
Tanaman
penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200 spesies tanaman yang
termasuk dalam famili Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae dan
Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman,
yaitu, dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rizhome.
Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga bentuk dari hasil
degradasi oleh enzim atau terdapat dibuat secara sintetis (Richards, 1944).
Di Indonesia banyak dibuat jenis-jenis minyak atsiri, seperti
minyak nilam, minyak cengkeh, minyak pala, minyak lada, minyak sereh dan
lain-lain. Minyak sereh adalah salah satu minyak Atsiri yang penting di
Indonesia di samping minyak atsiri lainnya. Produksi minyak sereh sebelum
perang dunia II menempati puncak yang tertinggi di pasaran dunia, begitu juga
tentang mutunya. Akan tetapi setelah perang dunia II produksi tersebut menurun
dengan cepat, sehingga penghasil minyak sereh sampai akhir tahun 1941 nilainya
seperdelapan dari nilai sebelumnya (Gu enther, 1987).
C. Minyak Sereh Wangi
Minyak sereh wangi adalah minyak atsiri yang diperoleh dari
penyulingan uap daun tanaman sereh wangi. Terdapat dua tipe minyak sereh wangi
(minyak sitronela) di dunia, yaitu: Tipe Sri Lanka, berasal dari distilasi uap
daun dari spesies Cymbopogon nardus. Minyak tipe ini berwujud cair,
berwarna kuning pucat sampai coklat dengan bau segar, seperti rumput dan agak
seperti kamfer. Minyak Sri Lanka kurang bernilai ekonomis dibanding minyak tipe
Jawa dan digunakan hanya sebagai pewangi sabun, bubuk pencuci dan produk
keperluan rumah tangga lainnya. Tipe Jawa, diperoleh dari distilasi uap daun Cymbopogon
winterianus jowitt atau
mahapengiri. Minyak tipe ini berwarna kuning pucat sampai coklat pucat
mempunyai bau yang manis, seperti bunga mawar dengan sentuhan aroma sitrus yang
kuat dari sitronelal. Minyak tipe Jawa dapat mengandung total senyawa yang
dapat diasetilasi mencapai 97% dan sampai 45% senyawa karbonil, tergantung pada
waktu memanen. Sekarang ini, produser utama minyak tipe Jawa adalah Taiwan,
China dan Jawa (Bauer,1997).
Produksi minyak sereh wangi Indonesia pada tahun tujuh
puluhan pernah kesohor dengan julukan "Jawa Citronella", namun
beberapa terakhir ini terus menunjukkan penurunan, tahun 1983 volume ekspor
sitronella masih jauh, yaitu sekitar 328.567 kg, lalu tahun naik sedikit
menjadi 418.615 kg dan tahun 1987 menjadi 307.280 kg dengan nilai 2 juta dolar
AS (anonimas, 1988).
D. Komposisi Minyak
Sereh Wangi
Komponen
kimia dalam minyak sereh wangi cukup komplek, namun komponen yang terpenting
adalah sitronellal dan garaniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas
bau, harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar komponen kimia penyusun
utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor.
Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal juga tinggi (Harris,
1987).
Komposisi
minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa komponen, ada yang mempunyai
30 - 40 komponen, yang isinya antara, lain alkohol, hidrokarbon, ester, aldehid,
keton, oxida, lactone, terpene dan sebagainya. Menurut Guenther (1950),
komponen utama penyusun minyak sereh wangi adalah sitronelal, sitronelol, dan
geraniol.
Gambar 2. Senyawa kimia dalam minyak sereh wangi
Tabel 1. Susunan Kimia Minyak Sereh Wangi yang Ditanam
Di Taiwan
E. Proses Penyulingan Minyak Sereh Wangi
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut,
maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu: Penyulingan
(Destilasi), Pressing (Eks-pression), Ekstraksi dengan pelarut (Solvent
ekstraksion) dan Absorbsi oleh menguap lemak padat (Enfleurage). Cara yang
tepat untuk pengambilan minyak dari daun sereh adalah dengan cara penyulingan
(Destilasi) (Ames dan Matthews, 1968). Penyulingan adalah proses pemisahan
komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih
berdasarkan perbedaan titik uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak
atsiri yang tidak larut dalam air minyak sereh wangi (Stephen, 1948).
Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air ditentukan oleh 3
faktor, yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, berat molekul dari masing-masing
komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan
(Satyadiwiria, 1979). Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka
jumlah minyak yang dihasilkan per kg kondensat uap semakin rendah, sebaliknya
semakin lambat gerakan uap dalam ketel maka waktu penyulingan lebih lama dan
rendemen minyak per jam rendah. Sebagai bahan bakar penyulingan, para yuling
biasanya menggunakan kayu bakar, namun untuk mengurangi biaya produksi para
penyuling lebih penuh kebanyakan menggunakan ampas hasil sulingan
(Satyadiwiria, 1979).
Proses ekstraksi minyak pada permulaan penyulingan berlangsung
cepat, dan secara bertahap semakin lambat sampai kita-kita 2/3 minyak telah
tersuling (Ketaren dan B. Djatmiko, 1978). Rendemen minyak yang dihasilkan dari
daun sereh tergantung dari bermacam-macam faktor antara lain: iklim, kesuburan
tanah, umur tanaman dan cara penyulingan. Rendemen dipengaruhi oleh musim rata
0,7 % dan musim hujan 0,5 %. Menurut De Jong rendemen minyak dari daun segar
sekitar 0,5 - 1,2%, dan rendemen minyak di musim kemarau lebih tinggi dari pada
di musim hujan. Daun sereh jenis lenabatu menghasilkan rendemen minyak 0,5 % (Anonimous,
1970).
Penyulingan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan
dengan menggunakan uap air yaitu dengan dua cara, secara langsung dan secara
tidak langsung. Pada penyulingan secara langsung, bahan atau daun sereh wangi
yang akan diambil minyaknya dimasak dengan air, dengan demikian penguapan air
dan minyak berlangsung bersamaan. Kendati penyulingan langsung seolah-olah
memudahkan penanganan tetapi ternyata mengakibatkan kehilangan hasil dan
penurunan mutu. Penyulingan langsung dapat mengakibatkan teroksidasi dan
terhidrolisis, selain itu menyebabkan timbulnya hasil sampingan yang tidak
dikehendaki. Pada penyulingan secara tidak langsung, yaitu dengan cara
memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak. Bahan tumbuhan diletakkan
ditempat tersendiri yang dialiri uap air, atau secara lebih sederhana bahan
tumbuhan diletakkan di atas air mendidih (Harris, 1987).
Pada awal penyulingan, akan tersuling sejumlah besar
geraniol dan sitronellal, sedangkan pada penyulingan lebih lanjut, total
geraniol dan sitronellal yang dihasilkan semakin berkurang. Berdasarkan
pengalaman pada penyulingan 4,5 jam akan menghasilkan minyak sereh wangi dengan
kadar geraniol maksimum 85 persen dan sixronellal 35 persen. Dengan demikian
penyulingan diatas 4,5 jam (5- 6) jam tidak akan menambah kadar kedua zat
tersebut. Lama penyulingan tergantung dari tekanan uap yang dipergunakan dan
faktor kondisi terutama kadar air daun sereh. Pada prinsipnya, tekanan yang
dipergunakan tidak boleh terlalu tinggi, karena pada tekanan yang terlalu
tinggi minyak akan terdekomposisi, terutama pada waktu penyulingan yang terlalu
lama. Suatu hal yang penting dalam penyulingan minyak sereh adalah agar suhu
dan tekanan tetap seragam dan tidak menurun secara tiba-tiba selama proses
berlangsung (Virmani dan S.C Bath, 1971).
F. Syarat Mutu Minyak Sereh Wangi
Penyebab
bau utama yang menyenangkan pada minyak sereh wangi adalah sitromellal, yang
merupakan bahan dasar untuk pembuatan parfum, oleh kerena itu minyak sereh
dengan kadar sitronellal yang tinggi akan lebih digemari. Jenis minyak yang
demikian akan diperoleh dari fraksi pertama penyulingan. Khususnya di Indonesia,
minyak sereh wangi yang diperdagangkan diperoleh dengan cara penyulingan daun
tanaman Cymbopogon nardus. Minyak sereh wangi Indonesia digolongkan dalam satu
jenis mutu utama dengan nama “Java Citronella Oil". Standar mutu minyak
sereh wangi untuk kwalitas ekspor dapat dianalisa menurut kriteria fisik yaitu
berdasarkan: warna, bobot jenis, indeks bias, ataupun secara kimia,
berdasarkan: total geranial, total sitronellal (Kapoor dan Krishan,1977).
Tabel 2.
Standar Mutu Minyak Sereh Wangi
Indonesia Berdasarkan
Minyak sereh wangi tidak memenuhi syarat ekspor apabila kadar
geraniol dan rendah atau mengandung bahan aging. Kadar geraniol dan sitronellal
yang rendah biasanya disebabkan oleh jenis tanaman sereh yang kurang baik, di
samping pemeliharaan tanaman yang kurang baik serta umur tanaman yang terlalu
tua. Bahan-bahan daging yang terdapat dalam minyak sereh wangi berupa lemak,
alkohol dan minyak tanah sering digunakan sebagai bahan pencampur. Bahan ini
terdapat dalam minyak sereh mungkin karena berasal dari bahan kemasan yang
sebelumnya mengandung zat tersebut di atas (Ketaren den B. Djatmiko, 1978).
Label: Artikel
0 Komentar:
Posting Komentar
1. Dilarang Spam
2. Dilarang menggunakan kata-kata kasar/tidak sopan
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda